Pernah nggak sih, habis beli barang diskon merasa bangga dapat harga murah, tapi ternyata sama aja harganya dengan toko sebelah? Atau pernah marah-marah sama orang yang nggak sepemikiran dengan kita, sambil mikir “kok dia nggak bisa lihat fakta yang jelas ya?”Selamat! Anda bukan sendiri. Itu namanya bias kognitif – “bug” alami di otak semua manusia.
Apa Sih “Bias Kognitif” Itu?
Bayangkan otak kita seperti processor komputer yang harus memproses jutaan informasi tiap detik. Biar nggak meledak, otak punya shortcut – jalur cepat untuk ambil keputusan. Sayangnya, shortcut ini sering nge-giring kita ke kesalahan.
Bias kognitif BUKAN berarti Anda orang jahat, bodoh, atau punya prasangka rasis. Tapi lebih ke: semua orang mengalaminya, ini adalah kesalahan sistemik dalam cara berpikir, dan yang terpenting – bisa dikurangi kalau kita sadar.
3 “Bug” Otak Paling Sering Nongol
Pertama, ada Bias Konfirmasi. Ini kayak punya “teman yang selalu ngebela kita”, meski kita salah. Rasanya nyaman, tapi bahaya. Contohnya saat kita baca berita cuma dari media yang sesuai politik kita, atau saat debat cuma dengerin argumen yang benerin pendapat kita. Akibatnya, kita dikurung dalam “gelembung pemikiran” sendiri.
Kedua, Efek Jangkar. Ini bikin kita terpaku pada angka pertama yang kita lihat atau dengar. Kayak pas lihat harga Rp 5.000.000 dulu, terus lihat diskon jadi Rp 3.000.000 – langsung merasa “WOW MURAH!” Padahal, belum tentu murah beneran. Sales pinter banget pakai trik ini: kasih harga fantastis dulu, baru kasih “harga khusus untuk Anda”. Akibatnya, keputusan finansial kita seringkali emosional, bukan rasional.
Ketiga, Bias “Sudahlah Terjadi”. Ini bikin kita sok tahu setelah kejadian. Kayak nonton bola sambil teriak “LEWATIN!”, terus setelah pemain lewatin dan gagal – kita bilang “udah tau dari tadi bakal gagal!” Contoh lain, habis gempa langsung nyalahin ilmuwan: “kok nggak bisa prediksi!” Padahal gempa memang susah diprediksi. Akibatnya, kita gampang nyalahin orang dan sulit belajar dari kesalahan.
Cara “Update Software” Otak Kita
Nah, sekarang kita tau masalahnya. Gimana cara memperbaikinya? Nggak usah ribet, mulai dari trik sederhana ini:
Pertama, “Tidur Dulu”. Sebelum putuskan hal besar kayak beli rumah, mutusin hubungan, atau ganti kerja – coba tidur satu malam dulu. Besok pagi, pikiran biasanya lebih jernih.
Kedua, “Tanya 3 Orang yang Berbeda”. Mau beli mobil? Jangan cuma tanya sales. Coba tanya mekanik yang tau masalah mobil itu, teman yang punya mobil serupa 5 tahun, dan orang tua yang mikirin keamanan. Perspektif beda-beda ini bantu kita liat gambaran lengkap.
Ketiga, “Bayangkan Kegagalan Dulu”. Sebelum mulai usaha, bisnis, atau proyek, ajak tim diskusi: “Bayangkan satu tahun lagi kita GAGAL total. Menurut kalian, apa tiga penyebab utamanya?” Banyak banget masalah yang ketahuan dari sini sebelum benar-benar terjadi.
Keempat, “Cek Harga 3 Tempat”. Mau beli apa pun, biasakan cek harga di tiga tempat berbeda. Otak kita langsung bisa bandingin mana yang beneran murah, mana yang cuma “rasa” murah karena diskon gede.
Kelima, “Apa Nasihat untuk Teman?”. Saat bingung mau putuskan sesuatu, tanya diri sendiri: “Kalau teman baikku ada di posisi ini, apa nasihatku untuk dia?” Tiba-tiba kita jadi lebih objektif karena nggak terbebani emosi pribadi.
Mulai dari Mana?
Gak usah langsung mau perbaiki semua sekaligus. Besok pagi, coba satu hal kecil dulu: Saat baca berita kontroversial, cari satu argumen dari sisi yang berlawanan. Dengarkan sampai selesai. Nggak harus setuju, tapi coba pahami.
Atau saat mau beli sesuatu karena “diskon gede”, tanya diri: “Kalau nggak ada tulisan ‘diskon’, apa aku masih mau beli dengan harga ini?”
Yang Paling Penting
Bias kognitif itu kayak bayangan – selalu ada, tapi kalau kita nyalain lampu (kesadaran), kita bisa lihat dan menghindarinya. Kita nggak bisa hilangkan 100% “bug” ini – kita manusia, bukan robot. Tapi dengan sadar dan pakai trik sederhana, kita bisa kurangi kerusakan yang ditimbulkannya.
Hidup sudah cukup sulit. Jangan biarkan “bug” di otak kita bikin makin ruwet.
Artikel ini terinspirasi dari kursus Kevin de Laplante tentang bias kognitif.

