Minggu, 30 November 2025

Jangan Lupa Jadi Manusia

Ada nasihat sederhana yang sering kali perlu kita ulang-ulang untuk diri sendiri: jangan lupa jadi manusia.  

Kita hidup di zaman yang berubah begitu cepat. Sepuluh tahun lalu, bahkan dua puluh, lima puluh, atau seratus tahun lalu, cara orang berpikir, bekerja, berinteraksi, membangun karier, berkonflik, dan menjaga eksistensi diri jelas berbeda dengan hari ini. Dan perubahan itu akan terus bergulir, semakin cepat di tahun-tahun mendatang.  

Pekerjaan hilang, pekerjaan baru muncul. Alat bantu kehidupan dan produktivitas berkembang tanpa henti. Seorang teman pernah menunjukkan koleksi kaset masa sekolahnya—sekitar dua puluh tahun lalu. Teknologi itu kini terasa begitu jauh tertinggal, digantikan oleh dunia digital yang serba instan.  

Namun, ada satu hal yang tidak berubah: kita tetap manusia.  
Manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Manusia dengan karakter yang unik, dengan akal, hati, dan pikiran yang dikaruniakan Sang Pencipta. Kita tetap butuh makan, minum, dan kebutuhan non-fisik: mental, spiritual, kasih sayang, serta kebersamaan.  

Menyadari Ke-Manusia-an
“Jangan lupa jadi manusia” berarti mengingat kembali hakikat kita. Kita bukan robot, bukan mesin, bukan sekadar algoritma. Kita adalah makhluk hidup dengan jiwa, hati, keinginan, amarah, ingatan, harapan, perasaan, dan kasih sayang. Kita punya nama, punya cerita, punya masalah, kelebihan, sekaligus kekurangan. Dan justru kekurangan itulah yang membuat kita manusia.  

Saya teringat sebuah ilustrasi: seseorang memegang handphone, digambarkan seolah dunia ada dalam genggamannya. Namun kenyataannya, dialah yang terikat rantai oleh handphone itu. Simbol yang masih relevan hingga kini—betapa teknologi bisa menguasai kita, bukan sebaliknya.  

Kembali ke Hal-Hal Manusiawi
Mari kita lebih banyak berkomunikasi, menyapa, menanyakan kabar, menerima permintaan maaf, membantu yang membutuhkan, mendengar celotehan, bersabar dengan kemarahan, menikmati perbedaan sifat, dan melakukan hal-hal manusiawi lainnya.  

Karena pada akhirnya, menjaga ke-manusia-an kita adalah bagian dari menjaga hubungan dengan Allah.  

> وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ  
> “Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS Al-Hasyr: 19)  

Mari kita jaga diri, agar tidak lupa dengan ke-manusia-an kita.  

Tidak ada komentar: