Jumat, 14 Oktober 2011

Puncak Iman


Kamu takkan pernah sanggup mendaki sampai ke puncak gunung iman, kecuali dengan satu kata: cinta. Imanmu hanyalah kumpulan keyakinan semu dan beku, tanpa nyawa tanpa gerak, tanpa daya hidup tanpa daya cipta. Kecuali ketika ruh cinta menyentuhnya. Seketika ia hidup, bergeliat, bergerak tanpa henti, penuh vitalitas, penuh daya cipta, bertarung dan mengalahkan diri sendiri, angkara murka atau syahwat.

Iman itu laut, cintalah ombaknya.
Iman itu api, cintalah panasnya.

Iman itu angin, cintalah badainya.

Iman itu salju, cintalah dinginnya.
Iman itu sungai, cintalah arusnya.


Seperti itulah cinta bekerja ketika kamu harus memenangkan Allah atas dirimu sendiri, atau bekerja dalam diri pemuda ahli ibadah itu. Kejadiaanya diriwayatkan Al Mubarrid dari Abu Kamil, dari Ishak bin Ibrahim dari Raja' bin Amr Al Nakha'i. Seorang pemuda Kufa yang terkenal ahli ibadah suatu saat jatuh cinta dan tergila-gila pada seorang gadis. Cintanya berbalas. Gadis iru sama gilanya. Bahkan ketika lamaran sang pemuda ditolak karena sang gadis telah dijodohkan dengan saudara sepupunya, mereka tetap nekat, ternyata. Gadis itu bahkan menggoda kekasihnya, "Aku datang padamu, atau kuantar cara supaya kamu bisa menyelinap ke rumahku". Itu jelas jalan sahwat.

"Tidak! Aku menolak kedua pilihan itu. Aku takut pada neraka yang nyalanya tak pernah padam!" Itu jawaban sang pemuda yang menghentak sang gadis. Pemuda itu memenangkan iman atas syahwatnya dengan kekuatan cinta. "Jadi dia masih takut pada Allah?" Gumam sang gadis. Seketika ia tersadar, dan dunia tiba-tiba jadi kerdil di matanya. Ia pun bertaubat dan kemudian mewakafkan dirinya untuk ibadah. Tapi cintanya pada sang pemuda tidak mati. Cintanya berubah jadi rindu yang menggelora dalam jiwa dan doa-doanya. Tubuhnya luluh lantak didera rindu. Ia mati, akhirnya.

Sang pemuda terhenyak. Itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua cintanya. Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindu dan doa-doanya. Sampai suatu saat ia tertidur di atas kuburan gadisnya. Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya. Cantik. Sangat cantik. "Apa kabar? Bagaimana keadaanmu setelah kepergianku," tanya sang gadis. "Baik-baik saja. Kamu sendiri disana bagaimana," jawabnya sambil balik bertanya. "Aku disini, dalam surga abadi, dalam nikmat dan hidup tanpa akhir," jawab gadisnya. "Doakan aku. Jangan pernah lupa padaku. Aku selalu ingat padamu. Kapan aku bisa bertemu denganmu," tanya sang pemuda lagi. "Aku juga tidak pernah lupa padamu. Aku selalu berdoa kepada Allah menyatukan kita di surga. Teruslah beribadah. Sebentar lagi kamu akan menyusulku," jawab sang gadis. Hanya tujuh malam setelah mimpi itu, sang pemuda pun menemui ajalnya.

Atas nama cinta ia memenangkan Allah atas dirinya sendiri, memenangkan iman atas syahwatnya sendiri. Atas nama cinta pula Allah mempertemukan mereka. Cinta selalu bekerja dengan cara itu. (Alfa diambil dari tulisan Anis Matta)

Selasa, 13 September 2011

Panggilan Belahan Jiwa


Kebijaksanaan Ilahi adalah takdir dan suratan nasib yang membuat kita saling mencintai sat sama lain
Karena takdir itulah setiap bagian dari dunia ini bertemu dengan pasangannya Dalam pandangan orang-orang bijak langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan oleh langit
Jika bumi kekurangan panas maka langit mengirimkan panas kepadanya, jika bumi kehilangan kesegaran dan kelembaban, langit segera memulihkannya
Langit memeyungi bumi layaknya seorang suami yang menafkahi istrinya; dan bumi pun sibuk dengan urusan rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala yang telah ia lahirkan

Erich Fromm mengutip syair Jalaluddin Rummi itu dalam bukunya, The Art of Loving. Cinta, kata Fromm, adalah kebutuhan eksitensial manusia untuk mengatasi masalah "keterpisahannya" sekaligus kerinduannya akan kesatuan. Tapi dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, cinta bukan hanya kebutuhan biologis: hasrat kesatuan dari kutub-kutub maskulin dan feminim. Karena dalam diri laki-laki dan perempuan terkadang prinsip menerima dan penetrasi, baik atas hal material maupun spiritual, maka mereka menemukan kesatuan dalam dirinya hanya dalam kesatuan atas polaritas kelelakian dan keperempuanan. Polaritas inilah, kata Fromm, yang menjadi dasar dari segala kreativitas.

Tapi saat hubungan murni ini terganggu oleh tirani sosial yang melahirkan ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial, tiba-tiba kaum Feminis membawa bias ini: harus ada perlawanan untuk merebut kesetaraan itu. Itu tafsir paling sentimentil atas fenomena kedzaliman dalam masyarkat. Kesetaraan itu mungkin saja tercapai. Tapi korbannya juga sadis: lubang keterpisahan itu makin menganga lebar, dan hidup berujung dalam kesendirian dan kesunyian yang menyiksa.

Cinta mengajarkan kita untuk memperoleh hak-hak kita dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kita kepada orang-orang lain. Itulah yang mempertemukan dua kutub jiwa. Pertemuan itulah yang membuat kita genap menggenapi, dan saling menyempurnakan karya kehidupan. Dan persoalan kesetaraan menjadi tidak relevan di tengah hidup yang bergerak kreatif begitu menuju kesatuan dan kesempurnaan. Simaklah senandung Rumi kembali:

Tak ubahnya langit dan bumi dikaruniai kecerdasan; mengapa mereka bersanding seperti sepasang kekasih?

Sebagaimana Tuhan memberikan hasrat kepada laki-laki dan perempuan sehingga menjadi terpelihara oleh kesatuan mereka,

Tuhan juga menanamkan ke semua eksistensi, hasrat untuk mencari belahannya.

Masing-masing saling mencintai untuk menyempurnakan karya bersama mereka. (dari tulisan Anis Matta)

Rabu, 11 Mei 2011

Freedom


Saya lagi senang dengerin lagunya Maher Zein dan salah satu lagunya ada yang bagus banget dan sangat menginspirasi, lagu itu judulnya "Freedom". Keren banget lho. Ini syairnya:

FREEDOM
by Maher Zein

Gathered here with my family
My neighbours and my friends
Standing firm together against oppression holding hands
It doesn’t matter where you’re from
Or if you’re young, old, women or man
We’re here for the same reason; we want to take back our land

Oh God thank you
For giving us the strength to hold on
And now we’re here together

Calling you for freedom, freedom
We know you can hear our call ooh
We’re calling for freedom, fighting for freedom
We know you won’t let us fall oh
We know you’re here with us

No more being prisoners in our homes
No more being afraid to talk
Our dream is just to be free, just to be free
Now when we’ve taking our first step
Towards a life of complete freedom
We can see our dream getting closer and closer, we’re almost there

Oh God thank you
For giving us the strength to hold on
And now we’re here together

Calling you for freedom, freedom
We know you can hear our call ooh
We’re calling for freedom, fighting for freedom
We know you won’t let us fall oh
We know you’re here with us

I can feel the pride in the air
And it makes me strong to see everyone
Standing together holding hands in unity
Shouting out load demanding their right for freedom
This is it and we’re not backing of

Oh God we know you hear our call
And we’re calling you for freedom, freedom
We know you can hear our call ooh
We’re calling for freedom, calling for freedom
We know you won’t let us fall oh
We know you’re here with us


Selasa, 12 April 2011

Beyond Diapers Changing (To the Husband and Father)


(Sebuah cerita dari senior saya yang sekarang sedang menemani istrinya kuliah S2 di Prancis)

Masih ingat nggak malam-malam sepulang kerja dan rumah seperti kapal pecah, berantakan dan kotor. Berharap bisa “meluruskan punggung”, tapi ternyata anak-anak malah belum tidur dan merengek minta ini dan itu, termasuk digendong, diangkat sampe mencapai langit-langit rumah. Berkeinginan ada setidaknya secangkir teh hangat dengan madu dan sedikit lemon would be perfect. Kadang terbit khayalan di rumah istri sudah dandan poll dan menyiapkan air hanget untuk mandi dan message oil beraroma terapi dan siap memijat badan yang pegel-pegel sepulang kerja. Mendamba a decent food untuk mengisi perut yang kosong karena saking sibuknya ndak sempat makan di kantor. Atau sesederhana sang istri bertanya “how was your day?”, “have you got dinner?”. Atau…..punya ekspektasi untuk begitu pulang bisa penuh konsentrasi dengan baju rumahan yang lebih nyaman bisa segera menghadap laptop menyelesaikan kerjaan yang deadline besok pagi, jadi semua akan mahfum jika kita akan khusuk di meja kerja, ruang baca atau apapun yang jadi “gua sakral“ sang penopang keluarga.

Kadang kita, laki-laki, apalagi yang punya istri full sebagai ibu rumah tangga, berfikir (kasarnya) “Hellooo….gw udah capek kerja di kantor…kok di rumah ndak bisa nyantai-nyantai sich…. Nggak tahu apa capeknya kerja, tekanan deadline, harapan bos, kejamnya office politics, and not to mention performance appraisal yang kudu nentuin bonus.” Toch itu semua khan buat keluarga. Istri dan anak-anak…buat mastiin kredit rumah dan mobil bulan ini terbayar dan bisa nyekolahin anak di sekolahan yang katanya bagus dengan biaya pendaftaran bisa beli dua motor keluaran terbaru dan liburan ke tempat-tempat eksotik. Dan sang istri khan “cuma” ngurusin satu dua atau hitungan jari anak lainnya. “Why can’t I please get a bit of the so called support?” “Didn’t I deserve it after what I did out there in the office?” And didn’t she know that the world is so much tiring out there?

Kebanyakan kita, para suami dan ayah, berfikir it is just easy to be a woman-in-charged at home untuk istri kita. And yes… isn’t it part of their nature installed as they give a birth to a child or even worse isn’t it something natural in their gene? Hehehe.. They are borned to be those who handle all those things at home and yet have to be very representable to be introduced as our wife to our respective colleagues. Kedengarannya selfish, sangat patriarki, non-feminis atau disebut apalah, tapi memang disebagian kita sering muncul fikiran seperti itu….. terlintas…..dibisikkan setan ataupun merupakan kepercayaan umum di masyarakat kita.

Saya mendapatkan previllage oleh Allah untuk merasakan sebagai person-in-charged di rumah and how hard it is to handle things at home. I have to admit, this is the very most harderst work I have ever took. Sederhananya, sebulan pertama, saya selalu KO tepat jam 6 sore, kadang tanpa sempat menyentuh makam malam. Badan sampai ndak bisa bergerak seperti habis “training session” weight lifting club dulu waktu mahasiswa di Melbourne. Nyaris ndak bergerak sama sekali hingga subuh keesokan paginya. Padahal waktu itu Wawa masih sekolah, jadi dari jam 8.30-4.30, nyaris hanya butuh menjaga Qiyya yang berusia 1 tahun 3 bulan. Secara fisik, cuapek poll…mulai nyiapin dan makein baju wawa sekolah, sarapan pagi bocah-bocah, antar jemput ke sekolah (untungnya disini bapak2 antar jemput sekolah adalah pandangan yang biasa, jadi ndak kudu merasa aneh laki sendirian di tengah omak-omak Prancis ;)), bersih ini dan itu, pengen masak enak (walaupun anak dan istri ndak pernah mensyaratkan rasa tertentu, di kamus mereka hanya ada 2 kategori: enak dan enak sekali, Alhamdulillah), rutinitas masukin baju ke mesin cuci, jemur, angkat, belanja harian ke marche, nyiapin dan kadang nyuapin makan siang Qiyya. Semuanya kedengaran biasa dan simple, tapi melakoninya..sungguh mendingan nyetir seharian sampai malam dari Bogor keliling Jakarta ngurusin semuanya tetek bengek beasiswa sebelum keberangkatan atau ngajar seharian penuh, plus naek kereta ke salemba ngejar ngajar extension.

Secara mental…ini yang berat banget… I mean kerjaan ini ndak ada yang bakal ngelihat performance, tampil di publik atau at least dihadapan mahasiswa, jadi kelurusan niat dan keihklasan jadi tameng yang paling kena serang. Tapi yang paling berat adalah berhadapan dengan anak-anak yang ndak selalu mereka manis dan manut. They simply sometimes just being unique. But you sometimes found that they are challanging you, testing you. Nangis ndak mau sekolah, pipis dan pupup dimana aja dan sesuka kapannya, numpahin A, B atau C ke pakaian terbaik kamu, atau menghancurkan mainan yang dulu adalah mainan idamanmu waktu kecilmu tapi ndak pernah kamu miliki dan membelinya dengan nabung dulu, ndak mau ndengarin kata, perintah, saran, nasehat ayahnya (come on hey…they are just kid, not adult like your teaching assistant or secretary, for God’s sake). But again, you sometimes just can’t handle it when you feel you’ve been telling them thousand of times and why in the world they don’t get it? Belum lagi kalo you feel being humiliated in public, because they don’t want to use the seat belt in your friends’ car, they cried out loud at school and don’t behave they are “supposed to be expected” or do things one way or another just make you feel embarrased. But the worse ever is when once you lose you control, not necessarily hurting them with your hand (Allah…please never let me ever once commit it to my love ones),but a higher tone of voice or a thread or simply when you just run somewhere and hit something just to lose your emotion without your kid’s notice. And….several minutes after…it was just penyesalan yang amat sangat dalam. Rasa bersalah yang sangat mampu membunuhmu. Dan perasaan that “I am not a good father”… and hantaman-hantaman realitas bahwa mereka begitu karena kita yang memberikan contoh yang tidak baik, lingkungan yang tidak mendukung dan gen yang mengalir dalam darahnya. Bukannya mereka terlahir fitrah…. But again,semuanya serasa mudah dan remeh sekali rasanya, kok bisa mengatakan ini sangat emotionally-tiring? I tell you bro…. ketika melakoninya dunia ini seakan tertutup dan logika orang dewasa yang cerdas manapun kadang kalah oleh kejengkelan yang membakar kepala. Kalo ndak ingat betapa Rosul sayang sama anak kecil, yang bahkan menegur orang tua yang “merenggut’ anaknya dari gendongan Rasulullah karena buang air kecil di pangkuan Rosul (dengan mengatakan, Hai, bajuku ini bisa dibersihkan oleh air, tetapi hati seorang anak siapa yang bisa membersihkan”) rasanya udah keluar Medanku ini hehe ;). Dan ketika itulah jika pasangan tiba2 menghubungi (dgn nelpon atau apalah) rasanya terselamatkanlah diri dan anak-anak ini (sekarang dech baru bisa mengerti, kenapa si bunda minta di telpon kalo lagi senggang di kantor, atau tiba-tiba nelpon pas kita lagi repot2nya kerja). But omak-omak sedunia, man are not having those multitasking brain, jadi juga jangan berkecil hati kalo mereka cuma menjawab he-eh, iya...as if they don’t put their full attention to your need-to-be-rescued-call ya… And for bapak2 sedunia, we are not having those previlage of having multitasking brain, but we do have multi-windows heart (apa pulak lagi artinya ini), use it wisely! ;)

Then I learn that, something small can be so meanigful for those who’ve been at home 24/7. hadiah umpamanya, surprised2 ringan. Oh ya, Rasulullah membiasakan kalau keluar kota, dalam perjalanan yang agak jauh, beliau pulang membawa oleh-oleh sebagai hadiah untuk istri beliau. Pernah Rasulullah saw. tidak ada yang bisa dibeli, kemudian beliau mencari batu di padang pasir terus dibersihkan, dirapiin, terus dikasihkan kepada Aisyah.
Nabi juga ngerjain kerjaan rumah. Nah ini yang terasa sekali. Most of the time, ketika pulang kita malah minta dilayani, bukan membantu melayani. Weekend dan hari libur jadi “me-day”…hehehe. Padahal Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar suara azan dikumandangkan, maka beliau bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari).

Kalo begini jadi ingat babak (panggilan untuk Bapak di keluarga kami), yang merantau kemana-mana (hingga jadi TKI gelap di Malaysia) demi mamak dan kami anak2nya. Dan dia setiap sebelum berangkat kerja menyapu rumah, kadang ikut nyuci berdua mamak di hari minggu. Belum lagi waktu mamak lumpuh dan aku masih kecil sekali (kata tetangga waktu itu aku seperti bayi Ethiopia yang amat sangat cungkring tak berpan**t, sampai dipanggil si pan**t tepos, dan pernah ketemu lagi dgn tetangga itu yang terkejut melihat saya bisa tinggi dan punya hidung besar ;)) , harus masak, memandikan mamak ke kamar mandi dengan menggendongnya, menyuapinya sebelum berangkat ke tempat kerja. Untuk ukuran laki-laki padang jaman bahela (pariaman lebih tepatnya!) yang bahkan pemandangan laki-laki menggendong anak saja sudah sangat berkurang kemaskulinannya (ini tahunya dari tante Eva mathon ;)), apalagi minimnya contoh (kakekku seorang yang "terpaksa" memiliki istri 12 karena beliau diminta sama orang2 diberbagai kampung untuk menikahi anak-anak mereka (well, dia pendekar, jadi orang-orang ingin bermenantukan dia untuk melindungi keluarganya dan menigkatkan "gengsi" keluarga. walaupun nenek adalah yang selalu menjadi utama. Oh ya, nenek gw juga pendekar, surprisingly, dan punya rekor mengalahkan laki-laki2 biadab yang hendak menyerobot warisan kakek hingga mereka terpu**p-p*p*p...ah inimah nanti aja ceritanya, di epik yang lain kali ya...), apalagi kata orang-orang dia tampan, putih, tinggi, jago silat (kalo kataku lebih dari itu...tapi btw, kok ndak ada nurun2nya ke gw ya... hicks!), dia sudah memberikan contoh yang sangat cukup untukku. Love you, babak....very much (andl love my mamak even more ;)).

Anyway, cukuplah dua nasehat ini menjadi pelita dalam kegelapan (aduh…jadi ingat lagu hymne guru ye…) sementara mencari-cari ilmu lainnya:
1. “Orang terbaik di antara kalian ialah orang yang terbaik dalam memperlakukan istrinya (HR. At-Trimidzi)
2. Nabi Saw. pernah ditanya, “Bagaimana seseorang membantu anaknya supaya ia berbakti?”, Nabi berkata: “Janganlah ia dibebani (hal) yang melebihi kemampuannya, memakinya, menakut-nakutinya, dan menghinanya”.

Makanya sayangilah banget2 istri yang ibu rumah tangga….. lebih sayang lagi kalo suaminya yang sementara jaga kandang ngurusin rumah...,.nah lho…hehehe… (alfa, dari millist seorang sahabat)

Kamis, 10 Maret 2011

Kerja Keras atau Kerja Cerdas?


Orang tua kita mengatakan, jika ingin sukses kita harus mau kerja keras. Tetapi, banyak para pelatih sukses yang mengatakan kita harus kerja cerdas. Apa perbedaan kedua istilah tersebut dan mana yang benar?

Apa yang dikatakan orang tua, belum tentu kuno. Justru ada kebijakan dibalik itu. Begitu juga, kita jangan dulu menolak konsep baru, karena teknologi dan informasi mengalami kemajuan terus. Apakah kerja cerdas itu hanya hiperbola?

Saya setuju dengan apa yang dikatakan orang tua tentang bekerja keras. Jika mau sukses, kita memang harus bekerja keras. Saya mengetahui beberapa kehidupan orang-orang yang sukses dalam bisnis, mereka bekerja keras untuk bisnis mereka. Orang yang sukses dalam karir, mereka kerja keras dalam karirnya. Begitu juga, orang yang sukses dalam dakwahnya, mereka kerja keras dalam dakwahnya.

Saat ada orang yang mengatakan kita hanya perlu kerja cerdas, tanpa harus kerja keras, saya tidak setuju. Tapi, saya setuju dengan kerja cerdas. Yang benar menurut saya adalah, kita perlu kerja keras dan juga kerja cerdas. Jika kita hanya kerja cerdas saja, kita akan kalah oleh orang lain yang kerja cerdas dan kerja keras pula.

Definisi Kerja Keras

Saya kita, kita tidak akan kesulitan untuk mendefinisikan kerja keras. Kerja keras itu adalah bekerja dengan waktu yang cukup lama dan energi sebesar mungkin. Agar kita bisa memberikan energi yang besar dalam bekerja, artinya kita harus fokus pada pekerjaan kita. Itulah cara memberikan energi terbesar.

Bagaimana kita bisa bekerja keras? Kuncinya ialah Anda harus memiliki motivasi tinggi.

Definisi Kerja Cerdas

Apa itu kerja cerdas? Kerja cerdas itu adalah bagaimana kita bekerja sebaik mungkin dengan hasil yang lebih besar untuk usaha yang sama. Atau hasil yang sama dengan usaha yang lebih sedikit. Bagaimana caranya? Banyak sekali, kuncinya ialah dengan menggunakan apa yang disebut daya ungkit. Saya yakin, jika Anda setidaknya lulusan SMP, Anda sudah belajar tentang pengungkit pada bab Pesawat Sederhana pelajaran Fisika. Pengungkit adalah alat yang memungkinkan kita bisa menghasilkan kerja dengan usaha sekecil mungkin.

Contoh pesawat sederhana yang menggunakan daya ungkit adalah dongkrak mobil. Kita tidak akan kuat untuk mengangkat dan menahan mobil dengan tenaga tangan kita, tetapi dengan bantuan dongkrak, kita menjadi mampu mengangkat dan menahan mobil kita tanpa energi yang lebih besar. Pertanyaanya ialah: apa “dongkrak” yang bisa digunakan untuk bisnis atau karir kita?

Anda perlu usaha untuk menemukan daya ungkit dalam bisnis dan karir Anda. Berikut adalah usaha yang bisa Anda lakukan:

  1. Belajar kepada orang lain, apa yang sudah terbukti berhasil yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tidak perlu dari nol! Ikuti cara tersebut, Anda tidak akan membuang waktu belajar dari nol lagi.
  2. Carilah ide untuk meningkatkan kinerja atau hasil dari apa yang Anda biasa atau sudah dilakukan. Coba bayangkan, Anda sudah bekerja dengan cerdas ditambah dengan kerja keras, maka sukses insya Allah ada dihadapan Anda.

Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)

Allah SWT menyukai hamba-Nya yang suka kerja keras. (Alfa, dikutip dari millist sahabat)

Kamis, 10 Februari 2011

Mimpi Adalah Kenyataan Hari Esok


Benarkah mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok? Jika Kita orang optimis, Kita akan mengetujuinya. Tapi mungkin saja Kita masih berpikir, kemudian otak berputar mencari bantahan terhadap ungkapan ini. Bahkan Kita yang membantah bahwa kita tidak boleh sok tahu dengan masa depan, karena itu adalah urusan Allah.

Kita bukan sok tahu tentang masa depan, tetapi kita menginginkan sesuatu di masa depan, atau yang kita sebut dengan cita-cita. Mimpi, selama itu positif akan mengarahkan tindakan kita pada hal yang positif pula.

Bagaimana agar mimpi kita menjadi kenyataan di hari esok?

Beda Mimpi dengan Panjang Angan-angan

Agar tidak terjadi salah paham bahwa Motivasi Islami mengajarkan panjang angan-angan, saya akan jelaskan apa bedanya mimpi dengan panjang angan-angan. Mimpi artinya mengingkan sesuatu di masa depan. Sementara, panjang angan-angan adalah mengkitalkan masa depan. Mengkitalkan masa depan jelas tidak boleh, sebab hidup kita akan tergantung oleh sesuatu yang belum jelas. Sementara menginginkan sesuatu di masa depan adalah hal yang berbeda dan itu adalah sah-sah saja selama keinginan itu baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.

Agar Mimpi Menjadi Kenyataan

Supaya mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok bukan sekedar slogan, ada syarat-syarat yang harus kita penuhi. Harus bertindak? Ya, tetapi bertindak bukan segalanya. Kebanyakan orang akan mengatakan mimpi tanpa tindakan akan percuma. Memang iya, namun pemahaman ini belum seutuhnya benar karena ada pemisahan antara mimpi dan tindakan. Padahal, pikiran dan tindakan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Lalu seperti apa? Tidak perlu bertindak? Bukan itu maksudnya. Maksudnya adalah mimpi itu sendiri akan membawa tindakan. Tindakan Kita yang lahir itu adalah hasil dari mimpi. Jika seseorang mengaku memiliki impian besar tetapi tidak ada tindakan untuk mewujudkannya, artinya dia tidak benar-benar punya impian. Impiannya hanya di mulut saja sebagai hiasan dalam bicara. Jika impian tersebut sudah tertanam dalam hati, maka tindakan akan secara otomatis mengikutinya.

Jadi, kunci utama agar mimpi menjadi kenyataan ialah kita harus benar-benar menginginkan impian itu. Tindakan akan mengikuti secara otomatis tanpa harus diperintah lagi. Tindakan otomatis inilah yang akan menjadikan mimpi itu adalah sebuah kenyataan. Kita tidak akan nyaman hanya berdiam diri saja tanpa melakukan usaha yang mendekatkan kepada impian. Tidak perlu di dorong-dorong oleh orang lain atau diri sendiri. Tindakan akan hadir dengan sendirinya.

Ingat hadist yang mengatakan jika hati kita baik maka segalanya akan baik. Hati adalah raja, tubuh adalah prajuritnya. Jika hati sudah mengarah ke satu arah maka tubuh pun akan mengikutinya. Semuanya tergantung niat dan niat letaknya di hati. Mimpi itu adalah niat kita untuk mendapatkan sesuatu di masa depan. (Alfa, dari web sebelah)

Sabtu, 08 Januari 2011

Life is an Adventure


I want to live my life to the absolute fullest,
To open my eyes to be all I can be,
To travel roads not taken,
to meet faces unknown,
To feel the wind,
To touch the stars.

I promise to discover myself ,
To stand tall with greatness,
To chase down and catch every dream,
LIFE IS AN ADVENTURE...!

(alfa, dikutip dari kata-kata iklan TV yang kebetulan menjadi iklan favorit anak saya)