Senin, 16 Juni 2008

Pendidikan Untuk Zaman Yang Berubah

Waktu adalah variabel penting kehidupan. Persepsi kita tentang waktu mempengaruhi pola didik kita. Kita tidak mendidik anak-anak kita untuk hidup pada zaman yang telah kita lalui atau yang telah dilalui orang lain atau peradaban lain. Mereka memiliki zamannya sendiri. Pendidikan bertujuan menyiapkan mereka untuk menghadapi zaman mereka sendiri.

Anak-anak kita hidup pada sebuah zaman dimana pengetahuan berkembang pesat dan merubah sendi-sendi kehidupan kita secara fundamental dan sangat cepat. Durasi perubahan-perubahan besar dalam kehidupan kita berlangsung kilat, karena faktor-faktor perubahnya bekerja simultan dan cepat. Ini menimbulkan kegamangan dan disorientasi dalam dunia pendidikan.

Faktanya adalah kita tidak punya kendali atas zaman yang kelak akan dilalui anak-anak kita kelak. Kita tidak punya kendali atas perubahan-perubahan itu. Mungkin sekali kita bahkan sudah tidak ada ketika mereka mengalami perubahan-perubahan besar itu. Tapi adalah juga fakta bahwa semakin cepat dan sering suatu perubahan terjadi, semakin kita membutuhkan pegangan hidup yang bersifat permanen, yang tidak ikut berubah dalam perubahan-perubahan itu.

Jadi yang dibutuhkan anak-anak kita adalah pegangan permanen itu. Yaitu keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai agama. Agama mengajarkan mereka hakikat-hakikat besar dalam kehidupan mereka: tentang asal usul mereka, tentang tujuan hidup mereka, tentang nilai-nilai yang harus membimbing hidup mereka, tentang faktor-faktor permanen yang membentuk kualitas hidup mereka, yaitu penerimaan Allah, manfaat sosial dan pertumbuhan berkesinambungan.

Apabila mereka belajar tentang itu semua dengan benar, mereka tumbuh pada pusat kehidupan yang benar dan pasti. Tapi itu saja tidak cukup. Mereka juga membutuhkan beberapa keterampilan dasar yang diperlukan untuk bertahan dan bertumbuh pada semua situasi. Sebagiannya merupakan keterampilan intelektual, sebagiannya lagi merupakan keterampilan emosional, sebagiannya lagi merupakan keterampilan fisik.

Rabu, 11 Juni 2008

Menanam Bakau

Saya sempat menanam bakau ketika acara Education Inside 2008 tanggal 15 Mei 2008 kemarin. Syukurnya saya sempat mengabadikan diri saya ketika menanam bakau itu. Semoga satu bakau yang saya tanam dapat bermanfaat bagi lingkungan, amien...

Senin, 02 Juni 2008

Epul dari Garut

Ini adalah gambar saya dan sahabat saya Epul - nama lengkapnya Saepulloh (pake P bukan F lho...). Ia orang Garut asli. Ia pintar, baik hati, sederhana dan menyenangkan.

Dari Training ESQ


Demi matahari dan sinarnya di pagi hari
Demi bulan apabila mengiringi
Demi siang hari bila menampakkan diri
Demi malam apabila menutupi
Demi langit dan seluruh binaannya
Demi bumi dan semua yang ada di hamparannya
Demi jiwa dan semua penyempurnaannya
Allah mengilhami sukma kefasikan dan ketaqwaan
Beruntunglah mereka yang menyucikannya
Merugilah mereka yang mengotorinya

Snada; dari Surat Asy-Syams (91) ayat 1-10


Itulah kata-kata yang selalu terdengar selama mengikuti training ESQ 27-29 Mei kemarin. Indah dan penuh makna. Begitulah cara Allah berjanji. Namun sayangnya banyak makhluk-Nya, termasuk diriku ini yang menafikkan janji mulia itu. Aku bersyahadat tapi tak ada Allah di hatiku, aku sholat tapi tak ada niat dan keikhlasan dalam menjalaninya, hanya sekadar menggugurkan kewajiban dan takut dosa. Aku berikrar bahwa percaya dan cinta Rasulullah. Tapi tak pernah kuteladani akhlaknya. Sombong dan egois adalah topeng yang membelenggu diriku selama ini. Merasa hebat, pintar, baik, sholehah, dan segudang keangkuhan lain yang menutupi dan membutakan mata hati. Mencintai makhluk-Nya tapi melenakan Sang Pencipta.... Astaghfirullah.... Tapi Allah sangat baik, Dia masih memberi kesempatan bagiku untuk terbangun dari mimpi-mimpi semu selama ini. Memberiku kesempatan untuk memohon ampun, bertobat, dan memperbaiki diri.

Kawan, sahabatku, dan siapa pun kalian yang pernah mengenalku dan merasa tersakiti, dengan segenap kerendahan hati, aku memohon maaf kalian. Karena itulah salah satu jalan untuk makin mendekat pada-Nya.

"dan nikmat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan?"