Sabtu, 01 Mei 2010

Clash of the Titans; Biasa saja kok...

Mitos apa yang paling terkenal di dunia? Tak perlu pikir panjang untuk menjawab mitos Yunani. Siapa yang tidak kenal dengan dewa-dewa Yunani seperti Zeus, Athena, Hades, Poseidon, dan lain-lainnya? Atau siapa yang tidak tahu akan nama para pahlawan Yunani seperti Hercules, Achilles, dan Perseus? Film ini adalah remake film dengan judul yang sama buatan tahun 1981 berdasarkan dongen Yunani yang popular.

Perseus adalah seorang demi-god, anak setengah dewa setengah manusia. Ini bukan saat yang tepat menjadi demi-god, sebab manusia tengah bersitegang dengan para dewa. Dengan berani para manusia menghancurkan patung Zeus yang dianggap tak lagi layak untuk disembah. Zeus pun murka. Di tengah kemurkaan itu, ia memperbolehkan Hades untuk menjatuhkan hukuman bagi manusia. Selama ini rupa-rupanya para dewa bisa mempertahankan keabadian mereka selama ada manusia yang menyembah dan percaya kepada mereka. Itulah ‘makanan’ yang mempertahankan eksistensi para dewa. Zeus dan Hades memiliki dua perencanaan yang berbeda. Zeus ingin manusia mencintainya, sementara Hades lebih memilih pendekatan dengan rasa takut.

Melihat sang kakak mengijinkannya, Hades pun mengultimatum kota Argos untuk menyerahkan putri Andromeda sebagai persembahan atau Argos akan diratakan dengan tanah oleh sang monster Kraken. Perseus dan beberapa prajurit Yunani (ataukah Sparta?) yang terpilih pun memulai perjalanan mereka untuk mencari cara mengalahkan Kraken dan menyelamatkan sang putri. Perjalanan ini tentu tidak mudah dan bakalan menghadapi banyak cobaan dari para monster-monster raksasa… Dan tidak mungkin kan Hades mau berbaik hati menawarkan jasanya kepada Zeus begitu saja? Apa tujuan sesungguhnya Hades?

Ternyata Hades punya niat buruk yang tersembunyi untuk meng-kudeta Zeus kakaknya. Dan diisnilah ceritanya mulai seru, pertarungan antara Hades dan antek-anteknya melawan Perseus dkk yang mempunyai misi menyelamatkan kota Argos.

Rupa-rupanya Clash of the Titans mengulangi kesalahan yang sama. Dialog dan akting para pemain dalam film ini terasa kaku, ceritanya terasa dangkal dan tidak berhasil menggali kekayaan mitos Yunani yang ia dasari. Pernah nonton Troy? Film itu memang total berbeda dengan karya asli Iliad, tetapi setidaknya Wolfgang Petersen menginjeksikan banyak drama dan hati untuk membuat kita peduli pada karakter di dalamnya. Begitu juga dengan 300. Saya peduli dengan karakter Leonidas bersama 300 anggota Sparta yang berperang menghadang Xerxes. Di sini? Tidak. Sebodo amat pikir saya ketika ada korban jatuh di pihak Perseus dalam perjalanan mereka. Dan bagaimana saya bisa peduli kalau yang saya lihat dari mereka melulu hanya aksi mereka bertempur dengan binatang dan monster-monster saja. Clash of the Titans memang sebuah film yang mengedepankan efek spesial, tetapi haruskah karenanya mengorbankan cerita? Kenapa Letterier tidak belajar pada 300 yang cukup berhasil menyeimbangkan kedua belah dimensi?

Intinya, jangan mengharapkan sesuatu yang berlebihan dari Clash of the Titans. Ini sebuah film yang dipenuhi dengan adegan aksi dan efek spesial sana-sini, tetapi jalan ceritanya biasa saja. Jadi sebaiknya kosongkan otakmu sebelum menonton, dan nikmati saja. Ok?

Tidak ada komentar: