Selasa, 07 Oktober 2025

Mengapa Kita Menusuk Mereka yang Membela Kita?

Ketika Che Guevara tertangkap di persembunyiannya, setelah dilaporkan oleh seorang gembala, seseorang bertanya kepada sang pelapor, “Mengapa kau menyerahkan orang yang sepanjang hidupnya memperjuangkan hak-hak kalian?” Jawaban sang gembala sederhana namun menyayat: “Perangnya membuat dombaku ketakutan.”

Di Mesir, kisah serupa terjadi. Muhammad Karim, pemimpin perlawanan terhadap pasukan Prancis yang dipimpin Napoleon, akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Namun Napoleon, kagum akan keberaniannya, berkata: “Aku menyesal harus mengeksekusi seorang patriot. Aku tak ingin sejarah mencatat bahwa aku membunuh seorang pahlawan.”

Napoleon pun menawarkan pengampunan, dengan syarat: Karim harus membayar sepuluh ribu keping emas sebagai kompensasi atas tentara Prancis yang gugur. Karim menjawab, “Aku tak punya uang sebanyak itu, tapi aku memiliki piutang dari para pedagang lebih dari seratus ribu keping emas.”

Napoleon memberinya waktu untuk menagih. Karim pun dibawa ke pasar, dirantai dan dikawal tentara penjajah, berharap rakyatnya akan menolong. Tapi tak satu pun pedagang membantunya. Mereka justru menyalahkannya atas kehancuran Alexandria dan kemerosotan ekonomi.

Karim kembali kepada Napoleon dengan hati yang remuk. Napoleon berkata: “Aku tak punya pilihan selain mengeksekusimu — bukan karena kau melawan kami, tapi karena kau rela mati demi orang-orang yang lebih mencintai dagangannya daripada kemerdekaan negerinya.”

Muhammad Rasyid Ridha pernah berkata: “Berjuang demi masyarakat yang bodoh ibarat membakar diri untuk menerangi jalan bagi orang buta.”

Dan memang benar — jangan korbankan hidupmu demi mereka yang tak berani berdiri.

Lihatlah keadaan kita kini: kita tinggalkan pemimpin yang adil, kita khianati mereka yang menegakkan kebenaran, lalu kita angkat penguasa yang tak takut kepada Allah, tak menjunjung keadilan, dan tunduk kepada musuh yang membunuh saudara-saudara kita serta merampas tanah kita.

Kita abaikan para pejuang yang memperbaiki dan menolak penjajahan, tapi kita puja mereka yang berkompromi dan menjual kehormatan bangsa.