Senin, 10 Maret 2008

Cinta yang Dipilih

Akhirnya saya tergoda dengan maraknya maillist, buletin di FS, email dari teman dan berbagai hal lainnya yang menggambarkan banyak hal tentang film Ayat-ayat Cinta (A2C). Kamis, 6 Maret 2008 akhirnya saya menyempatkan diri untuk menonton film itu.

Sebelumnya, saya ingat ketika kuliah dulu waktu novel A2C ini muncul dan menjadi polemik di banyak teman-teman saya. Saya begitu acuh – bahkan terkesan tidak suka – dengan novel ini. Alasannya sederhana, karena banyak teman-teman wanita saya yang akhirnya terbawa akan fantasi pada kesempurnaan seorang pria yang bernama Fahri, jujur waktu itu saya kesal – mungkin cemburu – dengan tokoh itu, saya merasa dibanding-bandingkan dengan tokoh rekaan yang saya pikir hampir tidak mungkin ada orang sesempurna itu. Saya dulu sempat merasa bahwa membaca novel itu adalah pekerjaan yang mubazir, tidak produktif dan buang-buang waktu.

Tapi seiring berjalannya waktu, penilaian saya akan novel mulai berubah. Pengaruh lingkungan dan beberapa sahabat membuat saya mulai menyukai membaca novel. Beberapa novel yang dikatakan best seller atau menjadi rekomendasi selalu saya sempatkan buat membacanya akhir-akhir ini, sebutlah tetralogi Laskar Pelangi, Da Vinci Code dan lainnya. Tentunya saya mencoba menjadikan membaca novel ini tetap menjadi hal yang produktif dan bermanfaat.

Kembali ke A2C, ketika sebelum menontonnya saya sempatkan berkonsultasi dulu kepada sahabat saya yang memahami novelnya, tujuannya agar saya dapat menilai film itu dengan objektif dan tidak langsung mengatakannya baik atau mencelanya bila buruk. Dan hasilnya... saya memberikan nilai B untuk film ini. Saya menilai penokohan dalam film ini kurang mendalam. Para aktor dan aktrisnya yang “nanggung” untuk sebuah cerita besar yang menampilkan tokoh multi bangsa karena saya menilai beberapa tokoh dimainkan oleh aktor atau aktris yang kurang tepat, contohnya tokoh Noura yang diceritakan sebagai gadis Mesir diperankan oleh Zaskia yang berwajah sangat Melayu dan ada beberapa tokoh lainnya yang saya anggap kurang tepat. Lalu masalah nilai yang dibawa oleh film ini juga kurang mendalam, dimana tidak bisa menggambarkan secara utuh nilai-nilai cinta dalam Islam.

Namun terlepas dari kekurangan film ini ada beberapa hal yang dapat saya petik. Minimal ada tiga nilai yang dapat diambil yakni; sabar, ikhlas dan adil. Tapi ada hal yang saya pikir harus juga menjadi pelajaran terutama bagi kaum Adam, yakni jangan mempermainkan hati wanita dan harus memberikan kepastian pada wanita, kuatirnya nanti akan muncul rekayasa seperti yang dilakukan Noura pada Fahri. Jangan sampai kita mengalaminya ya...

Jum’at pagi, 7 Maret 2008, setelah nonton A2C malamnya

Tidak ada komentar: