Minggu, 19 Oktober 2025

Refleksi Seorang Pendidik

Di sekolah, kami percaya: tidak ada anak nakal. Yang ada, orang tua dan guru yang belum tahu cara mendidik dengan tepat.

Setiap hari kami menyambut anak-anak TK yang datang dengan wajah ceria. Ada yang aktif, pendiam, penuh rasa ingin tahu, atau sangat peduli pada temannya. Semua berbeda, tergantung pola asuh di rumah.

Anak-anak adalah cermin. Mereka meniru apa yang mereka lihat dan dengar. Di sekolah maupun di rumah, mereka merekam segalanya—termasuk adab dan sikap kita. Maka guru dan orang tua harus berhati-hati, karena anak-anak belajar dari contoh, bukan hanya dari kata-kata.

Kami berusaha menanamkan adab sejak dini. Di TK, anak-anak mengucapkan janji setiap pagi: “Guru dipatuhi, orang tua dihormati.” Karena guru bukan sekadar pengajar, tapi teladan.

Sayangnya, seiring bertambah usia, rasa ingin tahu anak-anak mulai hilang. Bukan karena mereka sudah tahu jawabannya, tapi karena tak ada yang bisa menjawab, atau mereka tak lagi merasa aman untuk bertanya. Di pengajian, di kuliah, pertanyaan makin sedikit. Padahal dulu, pertanyaan mereka luar biasa.

Pendidikan bukan hanya soal ilmu, tapi juga adab. Guru harus belajar sebelum mengajar, dan memperbaiki diri sebelum menuntut murid berubah. Karena anak-anak adalah mesin fotokopi super canggih—mereka meniru semua yang kita lakukan.

Setiap fase usia anak butuh pendekatan berbeda. SD adalah masa tanam nilai. SMP adalah masa diskusi. SMA adalah masa kemandirian dan pencarian identitas. Jika kita salah mendidik di awal, dampaknya bisa panjang.

Berita viral tentang perilaku anak SMA bukan hal sepele. Itu tamparan bagi dunia pendidikan. Kita perlu introspeksi: sudah benarkah cara kita mendidik? Sudahkah guru, orang tua, dan sistem pendidikan berjalan searah?

Dan ketika kita melihat para santri yang syahid dalam keadaan sholat dan puasa, kita tahu: pendidikan yang benar akan membentuk jiwa yang kuat. Bahkan dalam sakit dan reruntuhan, mereka tetap menjaga sholat dan membaca Al-Mulk. Itu buah dari pendidikan yang benar.

Mari kita renungkan kembali: tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Sudahkah kita menuju ke sana?

Jumat, 17 Oktober 2025

Pesantren, Media, dan Tantangan Zaman

Sebagai seorang Muslim Indonesia yang mencintai nilai-nilai keadaban dan kebangsaan, saya merasa perlu menyampaikan kegelisahan sekaligus harapan atas polemik yang baru-baru ini mencuat—yakni tayangan program Xpose Uncensored di Trans7 yang menyinggung kehidupan santri dan kiai di Pondok Pesantren Lirboyo.

Dalam tayangan tersebut, narasi yang menyebut santri “rela ngesot” untuk memberikan amplop kepada kiai dianggap merendahkan martabat pesantren dan menampilkan relasi santri-kiai secara tidak proporsional. Tak heran jika banyak pihak, termasuk tokoh-tokoh agama, mengecam isi tayangan tersebut dan menyerukan evaluasi mendalam terhadap etika media.

Namun di balik kontroversi ini, saya justru melihat peluang untuk refleksi bersama. Bahwa pesantren, sebagai institusi pendidikan Islam yang telah berjasa besar dalam mencerdaskan umat dan menjaga moral bangsa, juga perlu terus berbenah. Bukan dalam arti meninggalkan tradisi, tetapi menyegarkan cara pandang dan pendekatan agar lebih terbuka, partisipatif, dan relevan dengan tantangan zaman.

Kritik, jika disampaikan dengan cara yang santun dan membangun, bisa menjadi bahan muhasabah. Tapi media juga punya tanggung jawab moral untuk tidak menyederhanakan atau menstigmatisasi tradisi yang kompleks. Kita butuh narasi yang adil, bukan sensasional.

Saya percaya banyak pesantren hari ini yang sudah mulai membuka diri terhadap transformasi. Mereka mengintegrasikan literasi digital, kepemimpinan sosial, bahkan pendidikan kewargaan dalam kurikulum mereka. Ini adalah langkah penting agar pesantren tetap menjadi ruang tumbuhnya generasi yang beriman, berilmu, dan berdaya.

Mari kita jaga keteduhan ruang publik. Jangan sampai perbedaan persepsi justru memperlebar jurang. Media, pesantren, dan masyarakat luas harus saling menguatkan demi masa depan bangsa yang lebih cerdas dan beradab.


 

Selasa, 07 Oktober 2025

Mengapa Kita Menusuk Mereka yang Membela Kita?

Ketika Che Guevara tertangkap di persembunyiannya, setelah dilaporkan oleh seorang gembala, seseorang bertanya kepada sang pelapor, “Mengapa kau menyerahkan orang yang sepanjang hidupnya memperjuangkan hak-hak kalian?” Jawaban sang gembala sederhana namun menyayat: “Perangnya membuat dombaku ketakutan.”

Di Mesir, kisah serupa terjadi. Muhammad Karim, pemimpin perlawanan terhadap pasukan Prancis yang dipimpin Napoleon, akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Namun Napoleon, kagum akan keberaniannya, berkata: “Aku menyesal harus mengeksekusi seorang patriot. Aku tak ingin sejarah mencatat bahwa aku membunuh seorang pahlawan.”

Napoleon pun menawarkan pengampunan, dengan syarat: Karim harus membayar sepuluh ribu keping emas sebagai kompensasi atas tentara Prancis yang gugur. Karim menjawab, “Aku tak punya uang sebanyak itu, tapi aku memiliki piutang dari para pedagang lebih dari seratus ribu keping emas.”

Napoleon memberinya waktu untuk menagih. Karim pun dibawa ke pasar, dirantai dan dikawal tentara penjajah, berharap rakyatnya akan menolong. Tapi tak satu pun pedagang membantunya. Mereka justru menyalahkannya atas kehancuran Alexandria dan kemerosotan ekonomi.

Karim kembali kepada Napoleon dengan hati yang remuk. Napoleon berkata: “Aku tak punya pilihan selain mengeksekusimu — bukan karena kau melawan kami, tapi karena kau rela mati demi orang-orang yang lebih mencintai dagangannya daripada kemerdekaan negerinya.”

Muhammad Rasyid Ridha pernah berkata: “Berjuang demi masyarakat yang bodoh ibarat membakar diri untuk menerangi jalan bagi orang buta.”

Dan memang benar — jangan korbankan hidupmu demi mereka yang tak berani berdiri.

Lihatlah keadaan kita kini: kita tinggalkan pemimpin yang adil, kita khianati mereka yang menegakkan kebenaran, lalu kita angkat penguasa yang tak takut kepada Allah, tak menjunjung keadilan, dan tunduk kepada musuh yang membunuh saudara-saudara kita serta merampas tanah kita.

Kita abaikan para pejuang yang memperbaiki dan menolak penjajahan, tapi kita puja mereka yang berkompromi dan menjual kehormatan bangsa.

Jumat, 26 September 2025

Menyapa Alam di Kawah Ratu

Pada tanggal 23 Agustus 2025, saya ikut open trip ke Kawah Ratu bersama Cakrawala Adventure. Kami berkumpul di Stasiun Bogor pukul 7 pagi. Semua peserta terlihat antusias. Setelah briefing singkat, kami naik angkot yang sudah dicarter menuju basecamp di Ciandong.

Perjalanan trekking dimulai sekitar pukul 10 pagi. Jalurnya berbatu dan melewati hutan, tapi tidak berbahaya. Cukup menantang untuk membuat kami berkeringat, namun tetap ramah untuk pemula dan peserta paruh baya seperti saya. Kami berjalan santai, menikmati udara segar dan suara alam.

Pukul 12.30 siang, kami tiba di Kawah Ratu. Kawahnya luas dan berasap. Kami minum kopi, berfoto, dan berbagi cerita. Rasanya tenang dan memuaskan bisa sampai di sana.

Pukul 2 siang, kami mulai turun. Waktu turun lebih cepat, hanya sekitar 1,5 jam. Total jarak tempuh naik dan turun sekitar 12 kilometer.

Pengalaman ini seru dan menyegarkan. Saya bisa melatih kaki, menghirup udara bersih, dan bertemu teman-teman baru. Kawah Ratu cocok untuk siapa saja yang ingin rehat sejenak di alam.

Jumat, 11 Juli 2025

Superman Paling Konyol, Canggung, dan Hangat yang Pernah Ada

Lupakan sejenak citra Superman sebagai dewa agung yang kaku dan tanpa cela. Di tangan sutradara James Gunn, film "Superman" yang tayang mulai 9 Juli 2025 ini dengan berani menghadirkan sang Man of Steel dalam versi yang paling manusiawi: seorang pahlawan yang luar biasa konyol, canggung, sekaligus hangat.

David Corenswet berhasil menampilkan Clark Kent yang bukan hanya menyamar di balik kacamata, tetapi benar-benar seorang pemuda baik hati yang canggung secara sosial. Kekonyolannya tidak terasa dipaksakan; ia tulus, terkadang kikuk saat berhadapan dengan Lois Lane (Rachel Brosnahan) yang cerdas, dan memiliki antusiasme seperti anak kecil. Humor dalam film ini lahir dari karakternya yang menggemaskan, bukan dari lelucon satu baris.

Justru dari kecanggungan inilah sumber kehangatan terbesarnya terpancar. Ini adalah Superman yang kekuatan utamanya bukan sekadar pukulan super, melainkan empati yang mendalam. Ia adalah simbol harapan yang tulus dan optimistis. Interaksinya yang hangat dengan karakter lain membuat penonton merasa terhubung dengannya, bukan hanya mengaguminya dari jauh.

Secara keseluruhan, "Superman" (2025) adalah napas segar yang berhasil membawa sang pahlawan turun ke bumi. Ini adalah film superhero yang tidak hanya memukau dengan aksinya, tetapi juga akan membuat Anda tersenyum dan terharu oleh kebaikan hatinya. Jika Anda merindukan pahlawan super yang terasa seperti teman, inilah film yang wajib ditonton.


Sabtu, 07 Juni 2025

Implementasi Johari Window Model dalam Kehidupan Sehari-hari

Johari Window Model adalah alat psikologis yang membantu individu memahami hubungan mereka dengan diri sendiri dan orang lain. Model ini terdiri dari empat kuadran: Open Area, Blind Spot, Hidden Area, dan Unknown Area, yang masing-masing mencerminkan tingkat kesadaran diri dan keterbukaan terhadap orang lain.

1. Open Area (Area Terbuka)
Ini adalah aspek diri yang diketahui oleh individu dan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, area ini dapat diperluas dengan komunikasi terbuka dan transparan. Misalnya:
- Di tempat kerja, berbagi ide dan menerima umpan balik dari rekan kerja meningkatkan efektivitas tim.
- Dalam hubungan sosial, berbicara jujur tentang perasaan dan pendapat memperkuat kepercayaan.

2. Blind Spot (Area Buta)
Ini adalah aspek diri yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak disadari oleh individu. Mengurangi blind spot dapat dilakukan dengan menerima kritik dan refleksi diri. Contoh penerapannya:
- Dalam pengembangan diri, meminta masukan dari teman atau mentor membantu memahami kekuatan dan kelemahan yang tidak terlihat.
- Dalam interaksi sosial, menyadari kebiasaan atau sikap yang mungkin mengganggu orang lain.

3. Hidden Area (Area Tersembunyi)
Ini adalah aspek diri yang diketahui oleh individu tetapi tidak oleh orang lain. Membuka area ini dapat meningkatkan hubungan interpersonal. Contohnya:
- Dalam tim kerja, berbagi pengalaman atau ide yang sebelumnya tidak diungkapkan dapat memperkaya diskusi.
- Dalam hubungan pribadi, berbicara tentang perasaan dan harapan membantu membangun kedekatan emosional.

4. Unknown Area (Area Tidak Diketahui)
Ini adalah aspek diri yang tidak diketahui oleh individu maupun orang lain. Area ini sering kali mencerminkan potensi tersembunyi atau aspek psikologis yang belum dieksplorasi. Cara mengembangkan area ini:
- Melalui pengalaman baru, mencoba hal-hal baru seperti belajar keterampilan baru atau menghadapi tantangan yang belum pernah dihadapi.
- Melalui refleksi dan introspeksi, meditasi atau terapi dapat membantu menggali aspek diri yang belum disadari.

Kesimpulan
Implementasi Johari Window Model dalam keseharian membantu meningkatkan kesadaran diri, komunikasi interpersonal, dan pengembangan diri. Dengan memahami dan menerapkan konsep ini, individu dapat membangun hubungan yang lebih sehat dan produktif, baik dalam lingkungan profesional maupun pribadi.

Untuk referensi lebih lanjut, Anda bisa membaca [makalah ini](https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-yogyakarta/ilmu-pendidikan/konsep-johari-window-dan-implementasinya-dalam-kehidupan-sehari-hari/45813022) atau [penelitian terkait](https://journal.trunojoyo.ac.id/personifikasi/article/download/710/630). Semoga artikel ini bermanfaat! 🚀